“Preservasi Nilai-Nilai Kearifan Lokal Melalui Sastra Indonesia Modern” — Artikel

Chatarina Sentana
4 min readAug 13, 2021
Candi Plaosan Klaten — Pict by Chatarina

Kearifan lokal merupakan istilah yang tak asing bagi masyarakat umum. Menurut Alfian (2013: 428), kearifan lokal didefinisikan sebagai suatu pandangan hidup dan pengetahuan serta sebagai strategi kehidupan yang berwujud aktifitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam memenuhi kebutuhan mereka. Keberagaman local wisdom atau kearifan lokal merupakan kekayaan yang dimiliki Indonesia sebagai negara kepulauan dengan ribuan suku bangsa serta aneka tradisi yang ada. Nilai-nilai kearifan lokal sendiri dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari berupa tradisi, norma, nilai, etika, aturan-aturan khusus, adat istiadat, serta kepercayaan. Dalam dunia modern ini, karya sastra dapat memberikan peranan yang cukup besar dalam preservasi nilai-nilai kearifan lokal Indonesia.

Era modernitas membawa tantangan tersendiri bagi eksistensi kearifan lokal bangsa ini. Selain kelangkaan individu yang bersedia mengajarkan kearifan lokal tersebut, hal ini juga disebabkan oleh memudarnya minat generasi muda terhadap tradisi, budaya, serta nilai-nilai bangsa. Menyadari kondisi ini, karya sastra Indonesia modern dapat digunakan sebagai suatu terobosan untuk melestarikan kearifan lokal yang ada. Preservasi kearifan lokal Indonesia melalui karya sastra merupakan suatu upaya sederhana yang dapat dilakukan oleh berbagai pihak. Dewasa ini, berbagai novel yang kental akan kebudayaan bangsa Indonesia telah tersedia dan dapat diakses dengan mudah. Beberapa novel hasil karya penulis-penulis Indonesia seperti

“Tiba Sebelum Pulang” karya Faisal Oddang, “Entrok” tulisan Okky Madasari, atau “Langit” gubahan J. A. Sonjaya

mampu memberikan informasi mengenai sejarah bangsa serta nilai-nilai kebudayaan atau tradisi yang berkembang dari waktu ke waktu. Dengan membaca karya sastra Indonesia modern, generasi muda secara tak langsung dapat memahami kearifan lokal bangsa sekaligus bersenang-senang. Langkah ini dapat membuahkan hasil yang efektif apabila berbagai pihak mendukung upaya preservasi melalui karya sastra.

Upaya preservasi budaya melalui karya sastra Indonesia modern tak hanya mampu memberi dampak positif pada kelestarian kearifan lokal, namun juga pada peningkatan angka literasi negara. Berdasarkan hasil survei Program for International Student Assessment (PISA) pada tahun 2019, Indonesia memiliki peringkat minat literasi yang rendah, yakni peringkat ke-62 dari 70 negara. Partisipasi kemdikbud dalam memberikan regulasi untuk menyediakan waktu baca di awal proses pembelajaran memiliki andil yang cukup besar dalam meningkatkan minat literasi generasi muda, juga preservasi kearifan lokal. Dengan menyediakan bahan bacaan berkualitas yang mengandung budaya, tradisi, atau nilai moral dalam ceritanya, generasi muda, secara tidak langsung, akan dapat mengedukasi dirinya sendiri mengenai local wisdom. Nilai-nilai local wisdom yang dikemas dalam bentuk cerita fiksi juga lebih mudah untuk dipahami dan dihubungkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan adanya habituasi ini, membaca dapat menjadi kebiasaan yang dimiliki generasi muda. Kebiasaan tersebut akan berdampak pada peningkatan angka minat literasi di Indonesia. Seperti kata peribahasa, sekali merengkuh dayung dua tiga pulau terlampaui.

Selain peningkatan minat literasi, upaya preservasi ini juga akan memberikan dampak positif pada novelis di Indonesia. Permintaan kemdikbud akan ketersediaan bahan bacaan yang sarat akan kearifan lokal memberi peluang pada para novelis Indonesia untuk lebih dikenal khalayak umum. Bersamaan dengan itu, para novelis juga akan berlomba-lomba untuk menulis cerita yang unik dengan mengulik tradisi maupun budaya yang jarang diketahui. Dengan adanya fenomena ini, muncul peluang bagi tradisi maupun budaya yang hampir punah untuk dapat kembali dikenal oleh masyarakat Indonesia. Para novelis yang mengulik beragam kearifan lokal di seluruh Indonesia dapat menjadi sumber bagi para generasi muda, edukator, bahkan masyarakat umum mengenai nilai-nilai, budaya, adat istiadat Indonesia yang jarang diketahui. Upaya lain yang dapat dilakukan melalui karya sastra para novelis Indonesia adalah dengan membuat film atau dokumentasi yang lebih mudah diterima di kalangan masyarakat. Selain dapat mempercepat proses preservasi kearifan lokal, hal ini juga mampu meningkatkan kesejahteraan novelis Indonesia.

Menghadapi arus modernisasi yang bergerak cepat, preservasi kearifan lokal juga harus dilakukan secara fleksibel dengan memanfaatkan perkembangan teknologi yang ada. Tak hanya pemanfaat tekonologi, preservasi juga akan lebih efektif apabila metode yang digunakan disesuaikan dengan tren atau hal-hal yang bertendensi popular bagi kalangan masyarakat. Dalam dunia sastra, salah satu perkembangan yang akhir-akhir ini menarik perhatian masyarakat adalah ­e-book. Kendati beberapa pihak merasa penggunaan buku fisik jauh lebih menyenangkan, tak dapat dipiungkiri bahwa kepraktisan pemakaian merupakan keunggulan utama yang dimiliki ­e-book dalam memikat penggunanya. Maka dari itu, pelestarian local wisdom juga dapat dilakukan melalui penerbitan e-book karya sastra Indonesia. Setiap pembaca memiliki kesukaan yang berbeda dalam memilih media membaca, buku digital maupun buku fisik. Ketersediaan pilihan ini dapat memperluas skala konsumen (pembaca) sastra Indonesia modern. Hal ini tentu saja akan meningkatkan peluang keberhasilan preservasi kearifan lokal.

Tak dapat dipungkiri bahwa globalisasi dan modernisasi dapat mengakibatkan kepunahan kearifan lokal Indonesia. Selain bersikap kritis dalam memilah budaya-budaya baru yang masuk, masyarakat perlu bersikap fleksibel dalam pelestarian budaya Indonesia dengan memanfaatkan segala sumber yang ada. Oleh karena itu, upaya preservasi kearifan lokal melalui sastra Indonesia modern merupakan suatu usaha realistis yang layak dicoba. [chtrn]

Referensi:

Alfian, Magdalia. 2013. Potensi Kearifan lokal dalam Pembentukan Jati Diri dan Karakter Bangsa. Prosiding The 5 thn ICSSIS; “Ethnicity and Globalization”. Yogyakarta pada tanggal 13–14 Juni 2013.

Haryanto, Triu Joko. 2014. Kearifan Lokal Pendukung Kerukunan Beragama Pada Komunitas Tengger Malang Jatim. Jurnal Analisa, 21 (02), 201–213.

Bando, M Syarif. 2021. “Tingkat Literasi Indonesia di Dunia Rendah, Ranking 62 Dari 70 Negara”. https://www.tribunnews.com/nasional/2021/03/22/tingkat-literasi-indonesia-di-dunia-rendah-ranking-62-dari-70-negara, diakses pada 13 Juli 2021 pukul 13.39 WIB.

--

--

Chatarina Sentana

One-of -a-kind things are usually very valuable and highly sought after.